Friday, May 18, 2007

BLACK BOX DITEMUKAN, KEGETIRAN BARU MUNCUL

29-01-2007 PUM UJP
BLACK BOX DITEMUKAN, KEGETIRAN BARU MUNCUL

Keberhasilan jajaran tim SAR Gabungan menemukan keberadaan kotak hitam dan badan pesawat Adam Air KI 574 di perairan Majene Sulawesi Barat pekan lalu merupakan khabar paling melegakan bagi Marsekal Pertama Eddy Suyanto dan jajarannya selalu SAR Mission Coordinator (SMC). Keberhasilan mendeteksi lokasi black box dan bodi pesawat Boeing 737-400 berkat bantuan US Naval Ship Mary Sears yang menggunakan Towed Pinger Locator (TPL) 40, peralatan canggih milik Amerika Serikat itu merupakan kulminasi dari upaya keras tim SAR mencari pesawat itu selama 27 hari di awal tahun 2007 ini. Namun bagi keluarga korban, kegetiran baru kini muncul, sebab hanya berselang sehari usai pengumuman resmi soal penemuan itu, Wakil Presiden HM Jusuf Kalla menyatakan pencarian dihentikan dan tanggungjawab mengangkat/mengevakuasi black box dan badan pesawat dari dasar laut dengan kedalaman sekitar 2000 meter adalah tanggung jawab maskapia Adam Air.
Pada hari Jumat (26/1) pagi, Komandan KRI Fatahillah, Letkol Maman Firmansyah merapatkan kapalnya di dermaga Layang, Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) VI/Makassar dengan tujuan utama untuk memberikan pemaparan lengkap kepada Wadan Lantamal VI/Makassar, Kolonel Laut (P) Uus Kustiwa mengenai proses pencarian pesawat Adam Air yang telah berhasil dideteksi keberadaannya.
Maman bersama tiga orang perwira penghubung (liaison officer) yakni Lettu Hadriman dari KRI Fatahillah, Lettu Robinson dan Kopaska Armatim dan Letda Rahman dari Lantamal VI/Makassar, ditempatkan di atas USNS Mary Sears selama kapal oceanografi itu beroperasi di perairan Selat Makassar untuk membantu mencari keberadaan kotak hitam dan badan pesawat nahas yang hilang bersama 102 penumpang dan awaknya itu.
Mereka telah dipindahkan dari USNS Mary Sears ke KRI Fatahillah menggunakan sekoci pada hari Rabu (24/1) karena KRI Fatahillah hanya diijinkan berada pada jarak 800 meter dari kapal oceanografic negara adidaya itu.
Dalam pemaparannya, Maman Firmansyah menjelaskan bahwa kotak hitam milik Adam Air berada di dua titik koordinat yakni 03.41.02 LS - 118.08.53 BT untuk posisi Flight Data Record (FDR) dengan kedalaman 2000 meter sedangkan posisi Cockpit Voice Record (CVR) berada pada titik koordinat 03.40.22 LS - 118.09.16 BT dengan kedalaman 1900 meter.
Setelah menyampaikan pemaparannya ini, keempat orang perwira penghubung Mary Sears ini pun kembali melaporkan hasil pencariannya kepada SAR Mission Coordinator (SMC), Marsekal Pertama, Eddy Suyanto.
Kepada wartawan, Eddy mengakui bahwa penemuan lokasi kotak hitam dan badan peswat ini telah diketahui sejak tanggal 21 januari 2007 tetapi dia belum berani mengungkapkannya kepada media karena belum memiliki data yang lengkap.
Dalam pencarian pesawat Adam Air pada tanggal 3 Januari 2007 kata Eddy yang juga Komandan Pangkalan TNI AU Hasanuddin ini, KRI Fatahillah dan Ajak langsung menuju ke wilayah Selatan di sekitar kepulauan Makassar dan Palu berasarkan titik ELBA yang berhasil ditangkap menara kontrol (Air Traffic Control - ATC) bandara masing-masing.
Tim SAR dari TNI AL ini pun mempersempit misi pencariannya setelah mendengar informasi nelayan yang melihat sebuah pesawat jatuh di perairan Mamuju, Sulbar. Di sekitar perairan tersebut, KRI Fatahillah dan Ajak berhasil mendeteksi tiga titik logam didasar laut tersebut.
Untuk memastikan tiga titik logam yang tertangkap sonar KRI Fatahillah dan KRI Ajak pada kedalaman 1200-2000 meter dari permukaan laut (dpl), pihak TNI-AL meminta bantuan dari Amerika Serikat untuk menindak lanjutinya sebab peralatan yang dimiliki TNI-AL tidak mampu mendeteksi benda yang berada dalam dasar laut dengan kedalaman hingga 2000 meter dpl.
Namun peralatan yang dimiliki USNS mary Sears pun tidak berhasil mengidentifikasi lempengan logam yang berada di perairan Mamuju, Sulbar.
Pada tanggal 10 Januari, seorang nelayan menemukan serpihan elevator tail stabilizer di Kabupaten Barru dan sonar KRI Nala serta KRI Fatahillah berhasil menangkap signal lempengan logam di perairan Majene, Sulbar.
"Saat itu juga, tim SAR Gabungan diperintahkan untuk melakukan pencarian ke arah Selatan perairan Majene dibantu dengan USNS Mary Sears dengan menggunakan peralatan TPL dan Side Scan Sonar," jelas mantan Komandan Lanud Surabaya ini.
Dengan menggunakan peralatan side scan sonar milik SNS Mary Sears, ditemukan banyak serpihan-serpihan logam di areal seluas 8 mil x 14 mil yang diduga merupakan badan pesawat Adam Air yang mengangkut sebanyak 102 penumpang dan awaknya ini.
Serpihan-serpihan logam tersebut kata Eddy, berada pada titik koordinat 03.40.12 LS - 118.04.12 BT, 03.40.30 LS - 118.09.30 BT, 03.41.06 LS - 118.09.06 BT dan 03.40.42 LS - 118.08.42 BT. Dari beberapa serpihan logam yang berhasil terdeteksi, terdapat serpihan yang diduga milik pesawat Adam Air dalam ukuran terbesar dibanding serpihan-serpihan logam yang ditemukan sebelumnya dengan ukuran panjang 2,23 meter, lebar 1,05 meter dan tinggi 0,55 meter pada kedalaman 1976 meter.

Pesimis

Meski kotak hitam dan badan pesawat ini telah berhasil diidentifikasi namun Eddy mengaku kesulitan melalukan evakuasi jenazah maupun bangkai pesawat Adam Air yang hilang sejak 1 Januari 2007 saat dalam penerbangan Surabaya menuju Menado itu.
Pasalnya, selama dalam proses pencarian pesawat Boeing 737-400 ini, tim SAR Gabungan hanya menemukan sejumlah serpihan pesawat dan potongan rambut manusia beserta dengan kulit kepala.
Saat melakukan pencarian, tim SAR mencoba untuk mengetes dampak dari tekanan udara di bawah laut di perairan Majene sebelum melakukan penyelaman, dengan mengulur dua buah gelas Pepsi dan gelas Mcdonald yang terbuat dari gabus menggunakan kabel hingga kedalaman 1.000 meter.
"Ternyata setelah diangkat kembali, kedua gelas itu telah menyusut dan mengecil. Kecil sekali bentuknya," ujar Eddy untuk menggambarkan betapa tingginya resiko bila harus dilakukan penyelaman untuk mengangkat black box itu. Eddy sendiri mengaku tidak bisa membayangkan besarnya resiko bila pesawat Adam Air yang jatuh di perairan Majene, Sulbar dengan kedalaman hingga 2000 meter coba diangkat dengan mengirim penyelam ke dasar laut.
"Kita berharap saja semoga Tuhan bisa menunjukkan kekuasaan dan kekuatan-Nya sehingga tim SAR Gabungan bisa menemukan beberapa serpihan jasad manusia," harapnya. Namun Ir. Achmad Yasir Baeda, ST. MT dari Universitas Hasanuddin Makassar yang menjadi salah seorang anggota tim analisis hilangnya pesawat Adam Air itu mengatakan, badan pesawat dan black-box masih dimungkinkan untuk diangkat dengan menggunakan alat "grabber" (pencengkeram) yang didatangkan dari Norwegia melalui badan Det Norche Veritas.
Alat ini, katanya memiliki kapasitas mengangkat benda dari dasar laut laut dengan kedalaman sampai satu kilometer.
Alat yang biasa digunakan oleh perusahaan pengelola minyak dan gas bumi lepas pantai tersebut bisa mengangkat bodi pesawat dengan cara mencengkeramnya lalu ditarik ke permukaan laut.
"Hanya ini jalan satu-satunya untuk mengevakuasi badan pesawat sebab bila menggunakan peralatan canggih lainnya, sudah sulit untuk menarik sebab bagian belakang pesawat sudah tidak ada untuk dijadikan pengganjal," jelas Yasir.
Alternatif lain yang bisa dilakukan untuk mengevakuasi bodi pesawat Boeing 747-300 Adam Air yang telah berkeping-keping itu, lanjut dosen Fakultas Teknik yang menekuni bidang ocean engineering ini, adalah dengan memanfaatkan kapal selam yang memiliki kemampuan menyelam hingga 2000 meter dari permukaan laut.
Kapal selam itu nantinya akan mendorong bodi pesawat hingga berada pada posisi maksimal agar mudah diangkat. Masalahnya, moncong pesawat tersebut diprediksi kini masuk ke dalam jurang, menancap di lereng dasar laut Selat Makassar Basin.
Yasir menjelaskan, saat pesawat Adam Air kehilangan kontak, sang pilot berusaha mencari lokasi yang tepat untuk pendaratan, namun tiba-tiba pesawat itu kena hantaman 'cross wind' (terpaan nagin dari samping) pada bagian 'tail stabilisator' bagian kanan pesawat sehingga otomatis posisi pesawat miring ke kanan.
Kondisi tersebut membuat sang pilot kesulitan untuk memutar badan pesawat menuju ke Bandara Hasanuddin karena tail stabilisatornya sudah rusak sehingga alternatif yang dipilih menuju ke Bandara Pongtiku, Tana Toraja, Sulsel. Namun tiba-tiba, pesawat tersebut kembali dihantam angin sehingga membuat pesawat terbang rendah dengan kecepatan 3G atau 30 meter/detik2.
Pada bagian depan sebelah kanan sayap pesawat yang telah mengalami retakan akibat terhempas 'cross wind' itu terdapat lubang yang cukup besar saat pesawat itu terbang dengan ketinggian 3000 kaki.
Akibat lubang yang menganga itu, pesawat tidak lagi memiliki gaya angkat karena tekanan dalam kabin sama dengan tekanan di luar pesawat. Akibatnya pesawat tersebut jatuh ke dalam laut dengan posisi moncong pesawat tertanam di dasar laut.
Sebab itu, lanjut Yasir, proses evakuasi badan pesawat ini akan terasa sulit karena tidak memiliki ruang vacuum pada bangkai pesawat dan pesawat itu telah mengendap di dasar laut.
Sementara itu, akademisi geologi dari Unhas, Dr. Ir. Imran Umar mengatakan bahwa kecil kemungkinan untuk mengangkat jenazah termasuk black box dan badan pesawat tersebut.
Pasalnya, pesawat tersebut diduga tertimbun sedimen lumpur di Perairan Majene, Sulawesi Barat.
Di sekitar perairan tersebut jelas Imran, terdapat tebing-tebing yang memiliki sedimen lumpur yang sangat tebal dimana ketebalan lumpur tersebut hingga saat ini belum diketahui secara pasti karena setiap hari terus dialiri lumpur baru yang terbawa arus dari sunagi-sungai besar.
Kalaupun upayak mengangkat bodi pesawat itu terus dilanjutkan, akan memakan biaya yang cukup tinggi dan peralatan canggih yang mampu menjangkau dasar laut hingga kedalaman 2000 meter dengan tekanan 200 atmosfir dan bisa mengeruk sedimen lumpur yang menutupi bodi pesawat tersebut.
Sedangkan para keluarga korban berharap agar pemerintah menuntaskan pencarian tersebut dengan mengangkat black box dan badan pesawat yang ada di dasar laut. Mereka mengaku cukup lega karena tim SAR Gabungan masih tetap akan melakukan evakuasi pasca ditemukannya berhasil menemukan keberadaan black box dan badan pesawat namun mereka belum puas karena pemerintah telah menyatakan menghentikan pencarian dan enggan untuk mengangkat bangkai pesawat itu.
"Kami harap pengangkatan badan pesawat tetap dilanjutkan. Apakah jenazah dalam keadaan utuh ataupun sudah hancur, kami sudah siap dan ikhlas menerimanya," ujar Samuel dan menambahkan bahwa hal tersebut sudah menjadi suratan takdir.
Dia berharap, pemerintah bisa bergerak cepat untuk mengangkat kotak hitam dan badan pesawat sebelum baterai Underwater Locator Beacon (ULB) yang melekat pada kotak hitam pesawat melemah atau mati karena kemampuannya hanya 30 hari. (T.K-RS/MKS1/M009/B/
(T.K-RS/B/M009/M009) 29-01-2007 23:47:57

Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA

Friday, May 11, 2007

PROFIL - PROF ACHMAD ALI, RUTAN DAN SIMPATI KOLEGA

1100270 5/11/2007 14:16:49
SPEKTRUM


PROFIL - PROF ACHMAD ALI, RUTAN DAN SIMPATI KOLEGA

Oleh Rahma Saiyed

"Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, pasti ditolong-Nya."
Itulah keyakinan Profesor Achmad Ali, tersangka kasus dugaan korupsi dana Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin yang baru saja keluar dari Rutan Makassar, setelah empat hari mendekam di terali besi.
"Alhamdulillah saya bisa keluar dari Rutan. Itu adalah janji Allah bahwa doa orang-orang yang terzalimi pasti dikabulkan," kata Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanudin itu.
Achmad Ali merasa dizalimi karena ia ditahan dengan surat perintah penahanan yang tidak sah.
Namun, menurut anggota Komnas HAM ini, Rutan telah mengajarkan banyak hal berharga, yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
Di Rutan begitu banyak simpati masyarakat yang ia dapatkan, mulai dari para kolega, mahasiswa sampai pada para pejabat.
Sehari setelah dimasukkan Rutan pada 7 Mei 2007, terlihat sejumlah pejabat menjenguknya, seperti Wagub Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus Paturusi, bahkan mahasiswa dan akademisi.
Mantan Dekan Fakultas Hukum Unhas ini mengaku tidak risih dan gengsi berada dalam rutan, sebab menginap "hotel prodeo" seperti itu sudah pernah dialaminya saat menjadi mahasiswa.
Bedanya jika saat mahasisiwa ia ditahan karena melawan kebijakan pemerintah, penahanan saat ini karena ia terjerat kasus korupsi.
Tidur beralaskan tikar pun bukanlah penghalang untuk terlelap dan menikmati istirahat malam.
"Haqqul yaqin saja bahwa semuanya akan berjalan dengan baik," ujar suami Wiwie Heriania Achmad ini.
Sejak keluar dari rutan, calon hakim agung ini mengaku kebanjiran tamu. "Saya kecapaian menerima tamu," ungkap komisoner pada Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste ini.Namun ia bahagia menerima mereka, karena semuanya memberikan perhatian dan dorongan moril.

Ditahan
Prof Achmad Ali mengaku sempat kaget ketika tiba-tiba disodori surat penahanan yang ditandatangani Kajari Makassar, Nashroeddin SH, hanya beberapa saat setelah BAP dilimpahkan penyidik untuk di proses di Pengadilan Negeri, Senin (7/5).
Meski menolak menandatanganinya surat penahanan itu, namun guru besar hukum pidana itu tetap menjalani masa tahanannya. Dengan naik ke mobil pribadi, ia pergi ke Rutan Kelas I Makassar untuk "bermalam" di sel itu.
Namun, setelah empat hari, suhu kempo ini akhirnya dikeluarkan pada Kamis petang sekitar pukul 15.35 Wita. Penangguhannya tersebut disambut gembira para mahasiswa yang selama tiga hari sebelumnya terus berdemo di Kejati untuk memprotes tindakan jaksa menahan Achmad Ali yang dinilai tidak punya dasar hukum yang kuat dan tidak adil.
Tidak ada kesan tegang dan letih di wajah lelaki bertubuh agak kurus, yang menggunakan baju koko putih dan kopiah hitam saat keluar rutan. Ia terus menebar senyum kepada semua orang, termasuk Wagub Sulsel, Syahrul Yasin Limpo yang ikut menyambut Achmad Ali di depan gerbang Rutan.
Setibanya di kediamannya, bibirnya tak henti-hentinya mengucapkan kata syukur dan sesekali menghela nafas panjang karena merasa plong.
Penangguhan penahanan ini, kata Achmad Ali yang akrab disapa Prof AA ini, membuat ia bisa menjalankan aktivitasnya sebagai anggota Komnas HAM dan KKP RI -Timor Leste.
"Saya akan tetap mengikuti persidangan tetapi tentunya, saya juga akan memohon ijin kepada majelis hakim bila berhalangan hadir karena tugas-tugas kenegaraan dan 'fit and proper test' calon hakim agung yang akan dijalaninya," jelasnya.
Sidang perdana kasus dugaan korupsi senilai Rp250 juta ini dijadwalkan dimulai hari Rabu (16/5) di PN Makassar.

Jaminan
Ketua PN Makassar Sudirman Hadi, SH mengabulkan permohonan penangguhan penahanan tersangka dan memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk segera mengeluarkan Achmad Ali dari tahanan.
Beberapa nama pejabat penting yang ikut memberikan jaminan terhadap penangguhan penahanan calon hakim agung ini antara lain Ketua KKP RI-Timor Leste, Benjamin Mangkoedilaga, Rektor Unhas Idrus Paturusi dan Dekan Fakultas Hukum Unhas Syamsul Bahri serta tim kuasa hukum Achmad Ali yang diketuai Nico Simen, SH.
Kendati demikian, pokok perkaranya tetap akan dilanjutkan dan mengharuskan Prof AA untuk mengikuti sidang perdananya yang direncanakan akan digelar pada Rabu (16/5) di PN Makassar dengan agenda pembacaan dakwaan yang akan dipimpin langsung Ketua PN Makassar Sudirman Hadi dengan hakim anggota masing-masing Soeroso Ono, Sarifuddin Umar, Agus Iskandar, dan Nawawi Komolango.
Tim kuasa hukum Prof AA ini akan meminta waktu untuk menyusun materi eksepsi sepekan setelah pembacaan dakwaan, karena mereka melihat ada kejanggalan dalam kasus dugaan korupsi dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Program Pascasarjana nonreguler Fakultas Hukum Unhas periode 1999 sampai 2001 serta penyalahgunaan dana penerimaan UMK (Uang Muka Kerja) yang bersumber dari Program S1 Reguler, S1 Ekstensi dan S2 Non Reguler yang digunakan untuk biaya perjalanan dinas (SPPD) sebesar Rp250 juta.
Sebelumnya, Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati Sulsel, Abdul Taufieq mengatakan bahwa pihaknya akan meminta bantuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menghitung ulang jumlah kerugian negara dalam kasus dugaan korupsi dana PPS Unhas ini karena mengalami perubahan dari Rp250 juta menjadi Rp336 juta.
Taufieq membeberkan modus operandi kasus ini dimana pada bulan Januari hingga 16 Agustus 1999, tersangka mengeluarkan UMK dengan cara membuat Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif, membuat SPPD untuk pembiayaan rangkap di luar peruntukannya dan SPPD yang telah dibiayai tapi tidak dipertanggungjawabkan senilai Rp39.395.600.
Modus operandi yang sama masih terjadi pada anggaran perjalanan dinas tahun 1999 - 2002 dari UMK S1 reguler dan program ekstensi FH Unhas (tanggal 17 Agustus 1999 hingga 31 Januari 2002) dengan nilai kerugian negara mencapai Rp224.329.160.
Dugaan korupsi juga terjadi pada anggaran perjalanan dinas, belanja barang, belanja inventaris dan belanja lain-lain dari UMK pada S2 Hukum Kepolisian Tahun Ajaran 2001, dimana tersangka diduga menyalahgunakan UMK tersebut yang dinilai bukan merupakan kewenangannya dan membuat pertangungjawaban UMK fikif sebesar Rp72.064.600.
Dengan temuan-temuan ini, total kerugian negara diduga mencapai sekitar Rp336.395.600, ujar Taufieq.
Namun penasehat hukum Achmad Ali membantah nilai kerugian tersebut dan mengatakan bahwa dugaan korupsi dalam kasus ini hanya sekitar Rp39 juta.
(T.K-RS/B/T010/T010) 11-05-2007 14:15:40
Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA
1100270 5/11/2007 14:16:49
SPEKTRUM


PROFIL - PROF ACHMAD ALI, RUTAN DAN SIMPATI KOLEGA

Oleh Rahma Saiyed

"Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, pasti ditolong-Nya."
Itulah keyakinan Profesor Achmad Ali, tersangka kasus dugaan korupsi dana Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin yang baru saja keluar dari Rutan Makassar, setelah empat hari mendekam di terali besi.
"Alhamdulillah saya bisa keluar dari Rutan. Itu adalah janji Allah bahwa doa orang-orang yang terzalimi pasti dikabulkan," kata Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Hasanudin itu.
Achmad Ali merasa dizalimi karena ia ditahan dengan surat perintah penahanan yang tidak sah.
Namun, menurut anggota Komnas HAM ini, Rutan telah mengajarkan banyak hal berharga, yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
Di Rutan begitu banyak simpati masyarakat yang ia dapatkan, mulai dari para kolega, mahasiswa sampai pada para pejabat.
Sehari setelah dimasukkan Rutan pada 7 Mei 2007, terlihat sejumlah pejabat menjenguknya, seperti Wagub Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus Paturusi, bahkan mahasiswa dan akademisi.
Mantan Dekan Fakultas Hukum Unhas ini mengaku tidak risih dan gengsi berada dalam rutan, sebab menginap "hotel prodeo" seperti itu sudah pernah dialaminya saat menjadi mahasiswa.
Bedanya jika saat mahasisiwa ia ditahan karena melawan kebijakan pemerintah, penahanan saat ini karena ia terjerat kasus korupsi.
Tidur beralaskan tikar pun bukanlah penghalang untuk terlelap dan menikmati istirahat malam.
"Haqqul yaqin saja bahwa semuanya akan berjalan dengan baik," ujar suami Wiwie Heriania Achmad ini.
Sejak keluar dari rutan, calon hakim agung ini mengaku kebanjiran tamu. "Saya kecapaian menerima tamu," ungkap komisoner pada Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste ini.Namun ia bahagia menerima mereka, karena semuanya memberikan perhatian dan dorongan moril.

Ditahan
Prof Achmad Ali mengaku sempat kaget ketika tiba-tiba disodori surat penahanan yang ditandatangani Kajari Makassar, Nashroeddin SH, hanya beberapa saat setelah BAP dilimpahkan penyidik untuk di proses di Pengadilan Negeri, Senin (7/5).
Meski menolak menandatanganinya surat penahanan itu, namun guru besar hukum pidana itu tetap menjalani masa tahanannya. Dengan naik ke mobil pribadi, ia pergi ke Rutan Kelas I Makassar untuk "bermalam" di sel itu.
Namun, setelah empat hari, suhu kempo ini akhirnya dikeluarkan pada Kamis petang sekitar pukul 15.35 Wita. Penangguhannya tersebut disambut gembira para mahasiswa yang selama tiga hari sebelumnya terus berdemo di Kejati untuk memprotes tindakan jaksa menahan Achmad Ali yang dinilai tidak punya dasar hukum yang kuat dan tidak adil.
Tidak ada kesan tegang dan letih di wajah lelaki bertubuh agak kurus, yang menggunakan baju koko putih dan kopiah hitam saat keluar rutan. Ia terus menebar senyum kepada semua orang, termasuk Wagub Sulsel, Syahrul Yasin Limpo yang ikut menyambut Achmad Ali di depan gerbang Rutan.
Setibanya di kediamannya, bibirnya tak henti-hentinya mengucapkan kata syukur dan sesekali menghela nafas panjang karena merasa plong.
Penangguhan penahanan ini, kata Achmad Ali yang akrab disapa Prof AA ini, membuat ia bisa menjalankan aktivitasnya sebagai anggota Komnas HAM dan KKP RI -Timor Leste.
"Saya akan tetap mengikuti persidangan tetapi tentunya, saya juga akan memohon ijin kepada majelis hakim bila berhalangan hadir karena tugas-tugas kenegaraan dan 'fit and proper test' calon hakim agung yang akan dijalaninya," jelasnya.
Sidang perdana kasus dugaan korupsi senilai Rp250 juta ini dijadwalkan dimulai hari Rabu (16/5) di PN Makassar.

Jaminan
Ketua PN Makassar Sudirman Hadi, SH mengabulkan permohonan penangguhan penahanan tersangka dan memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk segera mengeluarkan Achmad Ali dari tahanan.
Beberapa nama pejabat penting yang ikut memberikan jaminan terhadap penangguhan penahanan calon hakim agung ini antara lain Ketua KKP RI-Timor Leste, Benjamin Mangkoedilaga, Rektor Unhas Idrus Paturusi dan Dekan Fakultas Hukum Unhas Syamsul Bahri serta tim kuasa hukum Achmad Ali yang diketuai Nico Simen, SH.
Kendati demikian, pokok perkaranya tetap akan dilanjutkan dan mengharuskan Prof AA untuk mengikuti sidang perdananya yang direncanakan akan digelar pada Rabu (16/5) di PN Makassar dengan agenda pembacaan dakwaan yang akan dipimpin langsung Ketua PN Makassar Sudirman Hadi dengan hakim anggota masing-masing Soeroso Ono, Sarifuddin Umar, Agus Iskandar, dan Nawawi Komolango.
Tim kuasa hukum Prof AA ini akan meminta waktu untuk menyusun materi eksepsi sepekan setelah pembacaan dakwaan, karena mereka melihat ada kejanggalan dalam kasus dugaan korupsi dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Program Pascasarjana nonreguler Fakultas Hukum Unhas periode 1999 sampai 2001 serta penyalahgunaan dana penerimaan UMK (Uang Muka Kerja) yang bersumber dari Program S1 Reguler, S1 Ekstensi dan S2 Non Reguler yang digunakan untuk biaya perjalanan dinas (SPPD) sebesar Rp250 juta.
Sebelumnya, Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati Sulsel, Abdul Taufieq mengatakan bahwa pihaknya akan meminta bantuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menghitung ulang jumlah kerugian negara dalam kasus dugaan korupsi dana PPS Unhas ini karena mengalami perubahan dari Rp250 juta menjadi Rp336 juta.
Taufieq membeberkan modus operandi kasus ini dimana pada bulan Januari hingga 16 Agustus 1999, tersangka mengeluarkan UMK dengan cara membuat Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif, membuat SPPD untuk pembiayaan rangkap di luar peruntukannya dan SPPD yang telah dibiayai tapi tidak dipertanggungjawabkan senilai Rp39.395.600.
Modus operandi yang sama masih terjadi pada anggaran perjalanan dinas tahun 1999 - 2002 dari UMK S1 reguler dan program ekstensi FH Unhas (tanggal 17 Agustus 1999 hingga 31 Januari 2002) dengan nilai kerugian negara mencapai Rp224.329.160.
Dugaan korupsi juga terjadi pada anggaran perjalanan dinas, belanja barang, belanja inventaris dan belanja lain-lain dari UMK pada S2 Hukum Kepolisian Tahun Ajaran 2001, dimana tersangka diduga menyalahgunakan UMK tersebut yang dinilai bukan merupakan kewenangannya dan membuat pertangungjawaban UMK fikif sebesar Rp72.064.600.
Dengan temuan-temuan ini, total kerugian negara diduga mencapai sekitar Rp336.395.600, ujar Taufieq.
Namun penasehat hukum Achmad Ali membantah nilai kerugian tersebut dan mengatakan bahwa dugaan korupsi dalam kasus ini hanya sekitar Rp39 juta.
(T.K-RS/B/T010/T010) 11-05-2007 14:15:40
Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA

Friday, April 27, 2007

KOALISI KEUMMATAN SEPAKAT UNTUK BUBAR

1900748 4/19/2007 18:38:23
PUMPUNAN


KOALISI KEUMMATAN SEPAKAT UNTUK BUBAR

Oleh Rahma Saiyed
Makassar, 19/4 (ANTARA) - Pada 10 Februari 2007, di depan Monumen Mandala, Jl Jenderal Sudirman, Makassar, tiga partai politik berbasis Islam, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB) sepakat mendeklarasikan berdirinya Koalisi Keummatan.
Ribuan ummat menghadiri acara politik yang diwarnai orasi para tokoh politik Islam tersebut, seperti Abdul Azis Qahar Muzakkar dan Tamzil Linrung.
Komitmen yang dibangun dan misi yang akan diemban adalah maju bersama memenangkan Pilkada Sulsel yang akan digelar pada 5 November 2007.
Namun, 67 hari kemudian, ketiga Parpol itu kembali bersepakat; kali ini untuk membubarkan diri.
Mereka tidak sepaham dengan calon gubernur yang diusung koalisi keummatan ini yakni Drs H Abdul Aziz Qahar Muzakkar, anggota DPD asal Sulawesi Selatan.
Adalah PKS yang menyatakan tidak setuju terhadap pencalonan putera Kahar Muzakkar, tokoh DI/TII tersebut. Alasannya, potensi Azis Kahar untuk menang diragukan.
PKS menyatakan lebih cenderung memilih paket HM Amin Syam yang cialonkan partai Golkar, terutama setelah partai pimpinan Wapres HM Jusuf Kalla itu memilih Prof DR Mansyur Ramli sebagai calon wakil gubernur untuk Amin Syam.
Pasangan itu kemudian tersohor dengan akronim Asmara (Amin Syam/Mansyur Ramli).
Meski belum ada sikap politik yang tegas mendukung Asmara, tetapi DPP PKS telah meminta DPW PKS Sulsel untuk mensosialisasikan paket "Asmara" ini kepada seluruh jajarannya termasuk mendiskusikannya di koalisi keummatan.
Hal itu diakui anggota Fraksi PKS di DPR-RI asal Sulsel, Tamzil Linrung bahwa pihaknya secara lisan memilih paket Asmara dengan alasan bahwa Mansyur Ramly memiliki kedekatan historis dengan PKS sementara Amin Syam diyakini masih memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilkada.
Selain itu, hasil survei PKS menunjukan bahwa pasangan Asmara menjadi pilihan favorit masyarakat dewasa ini.
"Kita akan memilih pasangan yang diyakini akan menang dalam Pilkada," katanya.
Kendati demikian, PKS belum pernah mengeluarkan pernyataan resmi dan tertulis kepada Koalisi Keummatan secara tertulis sehingga Aziz Qahar mengaku seperti "terombang-ambing" karena berada di dalam sebuah perahu yang tidak jelas arahnya.
Ketua DPW PPP Prof Jalaluddin Rahmat mengaku kecewa berat atas sikap politik PKS tersebut dan menganggap bahwa PKS telah mengkhianati koalisi itu.
Padahal, sejak awal pendeklarasian koalisi keummatan ini, PKS yang mendesak agar koalisi bergerak cepat dalam menghadapi Pilkada bahkan PKS juga yang paling antusias untuk membentuk koalisi ini.
Ibarat syair sebuah lagu dangdut, "kau yang mulai kau yang mengakhiri, kau yang berjanji kau yang mengingkari..." demikianlah sindiran terhadap PKS.
"Mereka sudah tidak lagi memiliki komitmen untuk bersama-sama berjuang memenangkan Pilkada Sulsel bersama koalisi ini," kata Jalaluddin.
Juru bicara Koalisi Keummatan dari PPP, Mariattang menuturkan bahwa meski PKS sudah tidak berada lagi di Koalisi Keummatan, tetapi pihaknya tetap berkomitmen mendukung Aziz Qahar sebagai calon Gubernur Sulsel.
"Aziz Qahar sudah harga mati sebagai calon 01 Sulsel di Koalisi Keummatan. Ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi," katanya.
Mariattang mengakui bahwa pengusungan Aziz sebagai cagub tidak lain hanya memegang amanah rakyat yang menginginkan Aziz memimpin daerah ini.
Mantan wartawan pada salah satu media lokal di Makassar itu mengakui bahwa Aziz mendapat dukungan dari beberapa daerah, khususnya masyarakat Kabupaten Bulukumba dan Sinjai yang sangat menginginkan Aziz untuk menakhodai Sulsel termasuk dukungan dari Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI).
Sebab itu, tidak mengherankan bila sosok Aziz menjadi ikon Koalisi Keummatan.
Hal ini diakui juru bicara Koalisi Keummatan dari PBB, Zulkifli bahwa pihaknya tetap mendukung Aziz Qahar sebagai Cagub Sulsel.
"Kemanapun Aziz melangkah, PBB akan selalu ikut bersamanya," ujarnya.

Koalisi Kebangsaan
Sementara itu, PBB dan PPP yang telah memprediksi sebelumnya sikap politik PKS yang lebih cenderung mendukung paket "Asmara", mulai "dilirik dan melirik" beberapa Parpol non parlemen yang rencananya akan mendeklarasikan Koalisi Kebangsaan.
PPP dan PBB dikabarkan telah melakukan pertemuan dengan beberapa partai Islam di antaranya Partai Syarikat Islam (PSI).
Koalisi Kebangsaan yang dipelopori PSI ini memberikan isyarat bakal medukung Aziz Qahar bila dipaketkan dengan Mubyl Handaling, mantan Ketua DPW Partai Serikat Indonesia (PSI) Sulsel yang kini tercatat sebagai Wakil Ketua Majelis Pakar DPW-PPP Sulsel.
Posisi Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sulsel sebagai calon wakil gubernur untuk mendampingi Azis ini, merupakan kesepakatan tujuh partai nonparlemen untuk bergabung ke Koalisi Keummatan.
Ketua DPW PPP Sulsel Jalaluddin Rahman menyambut baik rencana tujuh partai non-parlemen bergabung ke Koalisi Keummatan.
"Dalam dunia politik, peluang sekecil apapun akan kita manfaatkan," katanya.
Peluang yang ditawarkan tujuh partai itu akan dimanfaatkan dengan baik karena suara PPP dan PBB yang hanya mencapai 350.652, tidak cukup memenuhi syarat untuk mengajukan calonnya pada Pilkada mendatang yakni minimal 15 persen (562.545) suara.
Koalisi Keummatan minus PKS masih memerlukan tambahan jumlah suara untuk mencapai target tersebut sehingga diharapkan dengan bergabungnya Koalisi Kebangsaan bersama Koalisi Keummatan, mereka dapat mengusung calonnya.
Pengamat politik Dr Mansyur Semma mengatakan, sikap politik yang ditunjukkan PKS bisa berdampak buruk terhadap perolehan hasil suaranya pada Pemilu 2009.
"Bisa jadi PKS akan ditinggalkan pemilihnya pada Pemilu 2009 karena imej yang dinilai buruk akibat mengingkari koalisi keummatan yang dibangunnya sendiri," ujarnya.
Melalui pendekatan ideal, lanjut dosen komunikasi Unhas itu, PKS bisa saja menang dalam Pilkada 2007 tetapi Parpol ini akan kalah secara moral.
Sebaliknya, PBB dan PPP bisa jadi kalah dalam Pilkada tetapi dia menang pada aspek moralitas.
(T.K-RS/B/s018/s018) 19-04-2007 18:37:29
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA

Monday, April 23, 2007

MAUDU LOMPOA AJANG PERTEMUAN JODOH

2300047 4/23/2007 06:40:37
SPEKTRUM


MAUDU LOMPOA AJANG PERTEMUAN JODOH

Oleh Rahma Saiyed
Siang itu, cahaya mentari di sungai Cikoang, Desa Cikoang Laikang, Kabupaten Takalar, menyengat kulit.
Namun ribuan anak-anak, muda-mudi, dan orang dewasa, terus menyusuri muara yang letaknya sekira 75 menit perjalanan darat ke selatan Kota Makassar.
Mereka memasuki desa Cikoang untuk memeriahkan maulid Nabi Muhammad SAW yang secara rutin diperingati warga setempat dengan acara tradisi Maudu Lompoa sejak 396 tahun lalu.
Di sepanjang muara sungai itu sejumlah perahu baik yang berukuran besar maupun kecil tertambat rapi di pinggiran sungai.
Perahu-perahu tersebut dihiasi dengan kain sarung berwarna-warni didukung dengan hiasan berbagai bentuk kertas minyak aneka warna dilengkapi berbagai sesajian.
Tidak ketinggalan beberapa telur yang dicat berbagai macam menghiasi sesajian itu. Telur-telur itu ditusuk dengan bambu dan ditancapkan pada sebuah bakul berukuran sangat besar yang terbuat dari daun lontar.
Isi bakul itu antara lain songkolo, makanan tradisional masyarakat Sulsel yang terbuat dari beras ketan.
Di dalam bakul itu pula, terdapat ratusan potong ayam goreng, kue tradisional serta buah kelapa muda. Di sana-sini terlihat pemandangan sejumlah masyarakat yang masih sibuk menghiasi perahunya, termasuk menyiapkan segala kebutuhan Maudu Lompoa.
Menurut Ridwan, Kepala Dinas Pariwisata Takalar, masyarakat Cikoang meyakini bahwa perahu yang paling meriah hiasan dan paling banyak sesajiannya menunjukkan bahwa pemiliknya berasal dari keluarga berada.
"Gengsi orang terletak pada seberapa banyak kain sarung sutra warna-warni yang ditautkan pada tiang layar perahunya," ujarnya.
Setiap sesajian itu memiliki makna masing-masing.
Tokoh adat Karaeng Bella mengatakan bahwa bakul anyaman dari daun lontar ini menunjukkan bahwa tubuh manusia dililit (dianyam) dengan ribuan saraf, telur berarti keyakinan (makrifat).
Persembahan berupa daging ayam bermakna tarekat akan suatu masa termasuk pembelajaran terhadap makna kehidupan manusia sedangkan songkolo disimbolkan sebagai tanah, air, api dan angin yang melambangkan hakikat manusia yang terdiri dari empat unsur itu.
Kain sarung dianggap sebagai tempat bernaung saat manusia berada di padang mahsyar dan perahunya ibarat bahtera menuju berkah.
Sementara itu, sesekali terdengar suara gendang, kaum tua-muda silih berganti menabuh gongnya dan ada pula yang memainkan peralatan musik kpi (gitar kecil yang terbuat dari kayu). Itu, umumnya dilakukan orang tua.
Sedangkan kaum perempuan tampil bersolek cantik mengenakan sarung-sarung tradisional terbuat dari sutra.
Sejumlah anak laki-laki dan perempuan, menceburkan diri ke sungai, diikuti sejumlah orang tua yang terpaksa diceburkan ke sungai.
Tradisi menceburkan diri ke sungai Cikoang dan ritual siram-menyiram ini merupakan simbol untuk menghilangkan sial dan membersihkan diri dari dosa.
Ketika matahari tepat berada di atas kepala, masyarakat Cikoang mulai memadati panggung, tempat pertemuan masyarakat adat.
Mereka membawa bakul yang berisi songkolo dan daging ayam, ada pula yang mengarak rangka perahu hias berkaki (julung-julung) dan tempat sesaji yang terbuat dari kayu berbentuk segi empat (kandawari) untuk diletakkan di depan pendopo dengan diiringi tabuhan bedug, shalawat dan doa-doa yang diucapkan tokoh masyarakat dan pemangku adat.
Ketika matahari memancarkan sinarnya di ufuk barat, sejumlah perahu itu kemudian di larung ke laut dan masyarakat pun mulai menyerbu julung-julung dan kadawari yang berisi berbagai makanan dan kain itu. Masyarakat pun saling berebutan, berusaha mendapatkan isi julung-julung dan kandawuri.
Mereka meyakini bahwa orang yang memakan sesaji itu akan mendapat berkah. Sementara pembuat sesaji, harus bertukaran sesaji agar mereka dapat memperoleh berkah.
Menurut aturan masyarakat setempat, kata Ridwan, mereka tidak boleh memakan sesaji yang dibuatnya sendiri.

Temu jodoh
"Maudu Lompoa" (maulid besar-besaran) Cikoang yang merupakan tradisi masyarakat Desa Cikoang Laikang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, cukup terkenal sebagai ajang pertemuan jodoh di kalangan masyarakat keturunan Sayyid (Syekh) Djalaluddin.
Tradisi Maudu Lompoa yang digelar sejak tahun 1621 ini dihadiri puluhan ribu orang keturunan Sayyid baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Cikoang.
Bahkan ada pula keturunan Sayyid yang berada di luar negeri, sengaja datang hanya untuk menghadiri peringatan Maudu Lompoa ini.
Upacara ini semakin menarik karena sering dijadikan kaum mudi-mudi untuk mencari pasangan.
Menurut warga Cikoang, Ratnawati, perempuan yang berasal dari keturunan Sayyid tidak diperbolehkan menikah dengan lelaki yang bukan berasal dari kaummnya.
Bila hal ini dilanggar, maka si gadis tersebut akan dikeluarkan dari silsilah keluarga bahkan tidak dianggap lagi sebagai anggota keluarga.
Itu sebabnya, tidak sedikit keturunan Sayyid, terutama perempuan yang sengaja datang ke perayaan Maudu Lompoa Cikoang ini untuk mencari jodoh. Banyak pula pula orang tua yang terlibat di dalamnya, berupaya untuk mencarikan jodoh bagi anak gadisnya.
Berbeda halnya dengan kaum adam, aturan ini tidak berlaku pada mereka.
Menurut Ratnawati, laki-laki diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri calonnya dan tidak diwajibkan untuk menikahi perempuan dari kalangan Sayyid.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Takalar, Ridwan menyebutkan bahwa hingga saat ini, aturan tersebut masih tetap berlaku dan sang gadis akan dianggap telah mati oleh keluarganya bila menikah dengan lelaki yang bukan berasal dari gologannya sendiri.

40 hari
Dalam menggelar perayaan Maudu Lompoa yang pertama kali dipelopori Sayyid Djalaluddin, penyebar agama Islam di Muara Sungai Cikoang ini, dibutuhkan waktu selama 40 hari untuk mempersiapkan segala-segalanya termasuk prosesi ritual sebagai syarat pelaksanaan Maudu Lompoa.
Pertama-tama, masyarakat perlu melakukan prosesi upacara mandi (a'je'ne-je'ne sappara/mandi pada bulan Syafar) yang dilakukan pemangku adat.
Setelah itu, masyarakat menangkap ayam dan mengurungnya selama empat puluh hari dan memberinya makanan (beras) yang kualitasnya sangat bagus.
Ayamnya haruslah ayam kampung terpilih.
Masyarakat lainnya melakukan prosesi membuat baku sesaji dari daun lontar (angnganang baku).
Dilanjutnya dengan acara menjemur padi dalam lingkaran pagar yang telah ditentukan ukurannya lalu menumbuk padi dengan lesung serta mengupas kelapa utuh yang ditanam sendiri (ammisa' kaluku).
Dua hari sebelum pelaksanaan Maudu Lompoa, masyarakat setempat menggelar upacara potong ayam dan menghias telur. Kaum perempuan/ibu-ibu bersama dengan anak-anak kemudian mulai membuat songkolo, ayam goreng dan kue menggunakan kayu bakar.
Prosesi memasak ini pun memiliki aturan khusus.
Mereka harus memasak di dalam "rabbang" (di bawah kolong rumah panggung) dan tidak boleh keluar dari pagar.
Bahkan untuk mencuci beras pun, harus dilakukan selama tujuh kali dan air cucian beras itu dibuang pada tempat yang telah disiapkan dan ditampung dalam lubang rabbang.
Sebelumnya, kaum perempuan yang memasak itu diwajibkan berwudhu dan harus menggunakan sarung.
Setelah itu, beras yang sudah masak setengah matang ditaruh dalam bakul, dilengkapi dengan telur dan ayam goreng.
Bakul yang dipersiapkan sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Setelah prosesi itu selesai, barulah masyarakat berkumpul untuk memulai Maudu Lompoa.
Gubernur Sulsel HM Amin Syam yang hadir pada acara tersebut menyatakan amat terkesan dengan kebersamaan dan eratnya tali silaturahmi warga setempat yang terlihat dalam Maudu Lompoa.
(T.K-RS/A/s018/s018) 23-04-2007 06:39:45
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA

Monday, April 16, 2007

KEMATIAN AKIBAT HIV/AIDS DI SULSEL TINGGI

1600521 4/16/2007 15:39:03
PUMPUNAN


KEMATIAN AKIBAT HIV/AIDS DI SULSEL TINGGI

Oleh Rahma Saiyed

Makassar, 16/4 (ANTARA) - Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar mencatat, selama 2007 ini, mereka telah merawat sebanyak 325 orang penderita HIV/AIDS.
16 orang di antaranya meninggal dunia dan saat masih terdapat 13 penderita yang menjalani perawatan intensif sedang lainnya perawatan jalan, namun kondisinya cukup memprihatinkan.
Koordinator Volunteer Counseling Testing (VCT) RS Wahidin Makassar, Mahmud mengungkapkan, pada 2006 dari 169 penderita HIV/AIDS yang dirawat di rumah sakit rujukan regional itu, 83 diantaranya meninggal dunia.
Dari data KPA Sulawesi Selatan 1994-2006, menyebutkan, penderita HIV/AIDS secara keseluruhan di provinsi berpenduduk sekitar 7,5 juta jiwa ini mencapai sekitar 1.232 orang yang terdiri atas penderita HIV sebanyak 919 orang dan AIDS 313 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.109 penderita HIV/AIDS ditemukan di Kota Makassar, Wajo (15), Maros (14), Takalar (13), Tator (11), Pangkep (6), Barru (5), Selayar (4), Bone (4) dan di Parepare terdeteksi tiga penderita HIV/AIDS.
Sedangkan jumlah penderita di Soppeng, Bantaeng, Pinrang dan Gowa sebanyak 15 orang serta 20 penderita lainnya terdeteksi di Palopo, Lutra, Lutim, Luwu, Enrekang, Sinjai, Bulukumba dan Jeneponto.
Dari jumlah tersebut, ditaksir sudah ratusan penderita yang meninggal dunia namun tidak terdata.
Tingginya kematian akibat penyakit yang menular akibat hubungan seksual dan jarum suntik para konsumen narkoba ini, disebabkan tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS masih sangat rendah.
Hal ini, kata Mahmud, dapat dilihat dari tingkat kesadaran masyarakat memeriksakan kesehatannya, khususnya mereka yang potensial terinfeksi virus HIV, sehingga tidak ada upaya pencegahan yang efektif dan intensif untuk mengatasi masalah ini.
"Masyarakat seyogianya memeriksakan secara rutin kondisi kesehatannya untuk mendeteksi lebih awal kemungkinan terjadinya penularan HIV ke diri mereka," ujarnya dan menambahkan RS Wahidin menyediakan layanan pemeriksaan itu dengan biaya yang sangat murah.
Kasubdin Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sulsel, dr Muchlis Mangunluang mengakui, peningkatan angka penderita HIV/AIDS dalam kurun waktu 10 tahun ini sangat memprihatinkan. Pasalnya, jumlah penderita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Dia memberi contoh, pada 1996 jumlah penderita HIV/AIDS hanya sekitar empat orang, namun kemudian bertambah menjadi sekitar 1000 orang pada tahun 2006.
"Bila tidak segera dicegah, jumlah penderita HIV/AIDS diprediksi akan mencapai satu juta orang pada 10 tahun ke depan," ujarnya.
Jumlah penderita HIV/AIDS yang cenderung mengalami peningkatan itu kebanyakan melanda kelompok usia produktif yakni antara 15 hingga 25 tahun. Mereka umumnya adalah pekerja seks komersial, pengguna narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) dan tenaga kerja Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri.
Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang ditulari oleh suaminya yang suka "jajan seks" di luar, bahkan beberapa orang bayi yang terinfeksi penyakit ini dari ibunya.
Muchlis mengatakan, pada 2005 pihaknya menemukan tiga kasus HIV dan satu kasus AIDS yang positif diderita oleh bayi, sedangkan tahun 2006, ditemukan lagi dua orang bayi yang positif HIV.
Penularan HIV/AIDS ini bervariasi, ada yang melalui jarum suntik, hubungan kelamin dan lain-lain. Pada 2006 ini, penyebab terbesar penularan penyakit mematikan ini menimpa para pengonsumsi narkoba (penderita IDU's atau pengguna jarum suntik).
Data Dinas Kesehatan Sulsel pada tahun 2006 menyebutkan, penularan HIV AIDS lewat jarum suntik mencapai 521 kasus sementara penularan melalui hubungan heteroseksual 190 kasus, homoseksual 65 kasus, donor darah 210 kasus, transmisi pranatal tujuh kasus dan empat kasus yang tidak jelas.

Penanggulan HIV/AIDS
Sementara itu, Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sulsel, H Syahrul Yasin Limpo mengakui, tingginya penderita HIV/AIDS ini menjadi peringatan untuk senantiasa menghindari kedua penyebab utama penyebaran penyakit tersebut.
Syahrul yang juga Wakil Gubernur Sulsel ini, lebih lanjut mengatakan, bila seseorang telah terjangkit penyakit ini, peluang untuk sembuh sangat kecil.
Sebab itu, dia meminta kepada masyarakat untuk tetap menjalani hidup dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Karena hanya dengan banyak mengingat Allah, kita tentu akan selalu dimampukan untuk menjauhkan diri dari hal-hal negatif, khususnya mengonsumsi narkoba dan berhubungan seks secara bebas," ujarnya.
Menurut Syahrul, pihaknya telah membuat tujuh program penanggulangan masalah HIV/AIDS ini seperti upaya pencegahan melalui penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan dengan bekerjasama pihak rumah sakit dan LSM.
Selain itu, KPA Sulsel juga melakukan perawatan dan pengobatan dimana ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bisa mendapatkan antiretro virus (ARV) secara gratis serta melakukan surveilans HIV/AIDS, koordinasi multipihak dan berusaha menciptakan lingkungan kondusif serta menjaga kesinambungan penanggulangan penyakit HIV/AIDS.
Di sisi lain, KPA juga membentuk lima kelompok kerja agar kinerjanya lebih maksimal.
Pokja CST (care support treatment) mendukung pengobatan secara gratis. Pokja informasi HIV/AIDS di masing-masing tempat kerja. Pokja media KPA, setiap bulannya menginformasikan bagaimana kondisi penyebaran kasus HIV/AIDS dan kegiatan-kegiatan KPA.
Selanjutnya, pokja "harm reduction" yang tugasnya mengupayakan dampak buruk pengguna narkotika dan zat adiktif suntik. Ini juga ada di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan. Pokja edukasi yang saat ini lagi di gagas di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
"Jika penularan HIV/AIDS tidak dapat ditekan, diperkirakan jumlah angkatan kerja akan berkurang dan pada akhirnya berimplikasi pada angka produktivitas manusia juga berkurang yang akan mempengaruhi indeks kualitas manusia Indonesia serta berpengaruh secara langsung dengan kondisi sosial ekonomi," ujarnya.
(K.RS/MKS1/B/T010)
(T.R007/B/T010/T010) 16-04-2007 15:38:11
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA

Tuesday, April 10, 2007

KETIKA TUNJANGAN INSENTIF GURU HONORER TK DIHAPUS

1000871 4/10/2007 20:27:01
SPEKTRUM


KETIKA TUNJANGAN INSENTIF GURU HONORER TK DIHAPUS

Oleh Rahma Saiyed

"Kuberi waktuku, kucurahkan kemampuanku untuk mendidik anak bangsa demi tercapainya UUD 45." "Mendiknas, Menag, lebih baik mundur kalau tidak memperhatikan guru honor" "Bukannya menyejahterakan guru honor malah menyengsarakan," begitulah isi beberapa pamflet yang dibawa ratusan guru honorer se-Sulawesi Selatan saat melakukan aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Sulsel, Senin (9/4), menolak penghapusan tunjangan insentif bagi guru-guru honorer TK.
Dalam aksi unjuk rasa itu, mereka juga mengungkapkan isi hatinya sebagai guru honorer yang merasa diperlakukan kurang bijaksana oleh pemerintah, padahal mereka cukup banyak memberikan andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Sungguh malang nasibnya guru-guru honorer, baik yang mengajar di negeri maupun swasta, khususnya terhadap guru honorer TK dan yang kurang jam mengajarnya," itulah ungkapan perasaan yang dilontarkan salah seorang guru honorer, Rusmala yang mengaku telah mengajar selama 20 tahun di salah satu TK di Makassar.
Betapa tidak, tunjangan insentif yang pernah diterimanya sejak 2000 sebesar Rp115.000 per bulan dirasakan sangat membantu kehidupan ekonomi keluarganya, meski insentif tersebut hanya diterimanya per enam bulan sekali.
Apalagi setelah mendengar kabar bahwa insentif guru-guru honorer akan naik menjadi Rp200.000 per bulan, ibu beranak lima ini mengaku semakin bersemangat mengajar.
Namun, semangat itu tiba-tiba kendur bahkan nyaris tidak ada setelah mengetahui bahwa tunjangan isnentif yang dikhususkan bagi guru-guru honorer TK akan dihapus, sebagaimana tertuang dalam surat Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar tertanggal 27 Maret 2007 yang mengacu pada surat Kepala Dinas Pendidikan Sulsel tertanggal 11 Maret 2007 tentang data guru calon penerima tunjangan fungsional.
Berdasarkan surat Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar ini, tunjangan fungsional tersebut diperuntukkan bagi guru-guru honorer SD, SMP, SMA, SMK ,namun nominalnya belum dipastikan.
"Namun sangat disayangkan, ternyata pengabdian kami selama ini dipandang sebelah mata oleh pembuat dan pengambil kebijakan. Mereka ibarat Fir'aun gaya baru yang tidak memiliki hati nurani," katanya.
"Tanpa mengurangi rasa hormat, kami mengundang bapak-bapak yang terhormat yang duduk di lembaga eksekutif maupun legislatif untuk mencoba mengajar selama sebulan saja di TK. Bapak-bapak akan menceboki anak orang karena itulah antara lain pekerjaan guru TK yang tidak pernah merasa jijik mengurus anak orang lain," teriak Salmawati, guru honorer pada salah satu SD di kota anging mammiri ini.
"Kasihanilah kami Pak, satu bulan honor saja yang kami terima ini, tidak cukup untuk membiayai keluarga kami apalagi bila tunjangan itu mau dihapuskan. Jangankan kami sebagai guru honorer, anggota dewan pun akan melakukan unjuk rasa bila gaji yang diterimanya sebesar puluhan juta rupiah, masih dirasakan belum cukup. Di mana rasa malunya terhadap masyarakat, khususnya guru honorer yang selama ini termajinalkan," teriak ibu beranak tiga ini.
Saat pengunjuk rasa ini diterima tim penerimaan aspirasi DPRD Sulsel, Ketua Ikatan Guru Honor Indonesia (IGHI) Sulsel, Ali Kham mengatakan bahwa nasib guru honorer memang sungguh miris.
Mereka diberi pendapatan berdasarkan jumlah jam mengajar, tunjangan insentif bagi guru honorer TK akan dihapus, belum lagi ada di antara mereka yang masih menerima honor mulai dari Rp50.000 hingga Rp150.000 per bulan, padahal beberapa di antara mereka ada yang telah mengabdikan dirinya selama berpuluh-puluh tahun dalam mendidik generasi bangsa.
Harapan agar dapat terangkat menjadi PNS hanya tinggal harapan karena mereka merasa pemerintah tidak pernah memikirkan nasib para guru honorer ini.
"Ingat bapak-bapak, siapa yang pertama kali mendidik dan mengajarkan anda agar bisa membaca dan menulis kalau bukan guru-guru. Bapak-bapak tidak akan sukses dan menjadi anggota dewan kalau bukan peran serta para guru," ujar Ali Kham.
Dalam pernyataan sikapnya, IGHI Sulsel menyatakan bahwa keberadaan guru honorer sangatlah membantu kelancaran proses pembelajaran di seluruh sekolah tempat mereka mengabdi. Bukan hanya pada proses belajar mengajar saja tetapi guru honor ini juga aktif pada kegiatan ekstra kurikuler di sekolah bahkan sebagian dari mereka menduduki jabatan penting di sekolah masing-masing.
Namun amat disayangkan, pengabdian guru honorer yang luar biasa ini terkadang mengabaikan status mereka yang belum mendapat pengakuan resmi dari pemerintah sebagai pegawai negeri sipil bahkan juga mengabaikan bayaran honor mereka yang juga terkadang jauh dari cukup.
Berdasarkan data IGHI Sulsel, jumlah guru honorer di Makassar saat ini tercatat sekitar 4.500 orang. Mereka berasal dari guru Dinas Pendidikan dan Departemen Agama. Jumlah ini berbeda dengan data yang dimiliki Dinas Pendidikan Makassar yakni sebanyak 5.800 orang.
"Kami meminta agar Dinas Pendidikan dan Departemen Agama Sulsel melakukan evaluasi terhadap sejumlah guru honorer di wilayah ini," pintanya.
IGHI juga meminta agar pemerintah setempat menganggarkan insentif bagi guru-guru honorer dalam APBD dan memperjuangkan guru honorer menjadi PNS dan lebih memprioritaskan guru honorer dalam penerimaan CPNS serta tidak lagi membuka pendaftaran formasi umum dalam penerimaan CPNS yang akan dilakukan kelak.
"Kami juga sangat menginginkan agar mendapatkan perlakuan yang sama dengan PNS termasuk hak mendapatkan dana lauk-pauk, karena bila mengandalkan honor yang diperoleh selama mengajar dengan target jumlah jam mengajar yang ditentukan, belum memenuhi kebutuhan hidup keluarga kami," kata Ketua IGHI Makassar, Agusman Mulbar.

Anggaran Pendidikan
Harapan agar tunjangan guru honorer ini dapat dialokasikan dalam APBD, sepertinya belum dapat terpenuhi.
Sebelumnya, salah seorang anggota Komisi D DPRD Makassar yang membidangi masalah kesejahteraan, Ilyas Ali Arief mengatakan bahwa kondisi keuangan Kota Makassar saat ini belum mampu merealisasikan tuntutan guru honorer yang menginginkan agar gajinya dimasukkan dalam APBD.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Drs Muh Asmin mengatakan bahwa dari jumlah anggaran untuk pendidikan, tidak memungkinkan untuk membayar gaji guru honorer yang mencapai ribuan orang.
Pasalnya, menurut Asmin, alokasi pendidikan yang akan dianggarkan dalam APBD 2007 yakni sebesar Rp16,9 miliar. Dari jumlah tersebut, Rp2 miliar untuk pendidikan gratis bagi 15 SD dan 3 SMP, biaya pengadaan buku paket sebesar Rp 2 miliar, biaya peningkatan kualitas guru sebesar Rp1 miliar, dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah sebesar Rp5 miliar.
Dalam APBD itu memang tidak tercantum mata anggaran untuk tunjangan insentif gaji honorer.
"Dibayarkan pun tidak akan pernah mencukupi, apalagi kini akan dihapus. Itu sama saja artinya dengan membunuh guru honorer secara pelan-pelan dan berencana," kata sejumlah guru yang kini tengah dirundung duka itu.
(T.K-RS)
(T.K-RS/C/K002/K002) 10-04-2007 20:26:12
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA

Monday, April 2, 2007

PROFIL---INGIN JADI PELUKIS, ZAINAL "KUCING-KUCINGAN" DENGAN ORTUNYA

0200855 4/2/2007 23:22:08
SPEKTRUM


PROFIL---INGIN JADI PELUKIS, ZAINAL "KUCING-KUCINGAN" DENGAN ORTUNYA

Oleh Rahma Saiyed

Untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang pelukis terkenal di tanah air, Zainal Beta (47) yang dikenal sebagai pelukis tenar tanah liat, mengaku terpaksa bermain kucing-kucingan dengan kedua orang tuanya karena kedua orang tuanya (ortu) yakni Dg Beta (ayah) dan Dg. Saga (ibu) tidak merestuinya untuk menjadi seorang pelukis.
Kadangkala, Zainal terpaksa melukis di suatu tempat tersembunyi yang tidak diketahui oleh kedua orang tuanya bahkan tidak jarang, dia terpaksa melukis di bawah kolong tempat tidurnya agar tidak ketahuan.
Soalnya, selama tiga kali berpindah sekolah dari satu SMU ke SMU lainnya, yakni STM Pembangunan, SMK Pertanian dan SMA Cokroaminoto Makassar, anak ke-6 dari 12 bersaudara ini tidak juga berhasil menyelesaikan studinya sehingga membuat kedua orang tuanya marah besar.
"Hancur sudah masa depanmu kini," tutur Zainal mengutip kata-kata ibunya yang dilontarkan dengan nada tinggi itu.
Mendengar demikian, ayah emat anak ini mengaku hanya tersenyum saja sembari berjanji akan membuktikan kepada orang tuanya bahwa suatu saat anti, dirinya akan berhasil dan menjadi orang terkenal.
Kemarahan orang tuanya itu, ia jadikan cambuk untuk terus berkarya dalam bidang seni demi membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi manusia berguna.
Alhasil, setelah beberapa puluh tahun lamanya menekuni seni lukis sejak 1980-an, ia akhirnya dikenal sebagai pelukis. Bahkan diakui, kedua orang tuanya merasa bangga saat pertama kali melihat Zainal tampil di televisi bersama dengan seorang pelukis terkenal, Afandi, yang namanya telah mendunia.
"Selama 15 tahun lamanya menekuni dunia ini, orang tua saya baru mengetahui bila saya adalah pelukis saat melihat penampilan perdana saya di TV," kata suami Andriani ini.
Setelah peristiwa itu, ujarnya, kedua orang tua Zainal pun menyerahkan sepenuhnya kepada pelopor pelukis tanah liat ini untuk menentukan sendiri jalan hidupnya.
Melalui kelincahan dan kepiawaian tangannya ini dalam menorehkan tanah liat pada kanvas, Zainal telah melanglang buana ke beberapa negara seperti Jerman dan Belanda. Bahkan lukisan-lukisannya laris terjual hingga ke mancanegara seperti Amerika Serikat, Ingris, Perancis, Belanda dan Jerman.
Lukisan termahal yang pernah dijualnya seharga Rp10 juta dan terendah Rp500 ribu/buah. Di sela-sela pameran lukisan yang digelar bersama rekan-rekan seprofesinya di Hotel Clarion Makassar pada Jumat (30/1), Zainal memperlihatkan kebolehannya melukis pada kanvas dengan menggunakan tanah liat dalam tempo dua menit.
Perlahan-lahan, Zainal memasukkan tanah liat dalam gelas plastik aqua kecil yang kemudian dicampur dengan air hingga encer. Masing-masing gelas berisi tanah liat encer dengan warna yang berbeda-beda.
Dia pun lalu mengoleskan tanah liat itu dengan menggunakan tangannya ke dalam kanvas berukuran selebar layar TV 16 inchi. Setelah itu, dia mulai membentuk gambar-gambar yang diinginkannya seperti rumah adat Bugis-Makassar, Toraja atau gambar kapal phinisi dan situasi suatu daerah dengan menggunakan sebilah bambu berukuran 3x4 centimeter.
Dalam waktu dua menit, ia telah berhasil menyelesaikan lukisanya itu. Pada umumnya, Zainal lebih banyak mengekspresikan masalah sosial dalam kanvasnya tersebut
Tanah-tanah liat yang diperolehnya itu, berasal dari beberapa daerah di Sulsel, seperti Makassar, Kabupaten Soppeng, Tana Toraja, Gowa dan Jeneponto serta Bulukumba.
Guna mencari tanah liat, tidak jarang dia harus mengeluarkan uang sebanyak Rp500 juta untuk sekali jalan ke luar daerah. "Saya yakin, setiap daerah itu memiliki tanah liat yang berbeda-beda warnanya," katanya dan menambahkan bahwa dengan tanah liat ini, ia bisa menyatukan nusantara melalui lukisannya.
Biasanya, kata ayah Mentari ini, Zainal membawa tanah liat dalam jumlah yang banyak (hingga enam karung) dari daerah tertentu sehingga tidak jarang dia ia dikatakan orang gila.
Namun cacian masyarakat tak dihiraukannya bahkan ia makin aktif melakukan pencarian tanah liat ke sejumlah wilayah di Sulselbar.
Sejumlah tanah liat yang telah diperolehnya berasal dari Makassar dengan warna ungu dan orange, Kabupaten Gowa dan Takalar (abu-abu), Jeneponto (hitam), Barru dan Soppeng (hijau), Tator (coklat tua dan krem) serta Mandar dengan tanah liat berwarna merah.
Zainal berharap, tanah liat-tanah liat yang berasal se-antero Nusantara hingga yang berasal dari Papua, dapat disatukan dalam sebuah kanvas. "Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan manusia," ujarnya.
Namun sayang, Zainal mengakui bahwa pemerintah Sulsel kurang memberikan perhatian terhadap aktvitas yang dilakukannya dalam mengembangkan seni lukis dengan memanfaatkan sumber daya alam ini.
Dia berharap, kelak pemerintah setempat dapat menyediakan lahan khusus yang dipenuhi dengan berbagai tanah liat yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia untuk dikelolanya sendiri.
(T.K-RS)
(T.K-RS/B/K002/K002) 02-04-2007 23:21:51
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA