Friday, January 19, 2007

MAMPUKAH TPL MENGUNGKAP MISTERI RAIBNYA PESAWAT ADAM AIR?

19-01-2007 PUM UJP
MAMPUKAH TPL MENGUNGKAP MISTERI RAIBNYA PESAWAT ADAM AIR?

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 12.08 Wita pada hari Rabu tanggal 17 Januari 2007, Murray Air, sebuah pesawat kargo carteran milik Perusahaan Mary Aviation mendarat di landasan pacu Bandara Hasanuddin Makassar, tidak jauh dari lokasi Pangkalan TNI AU (Lanud) Hasanuddin.
Tidak lama setelah itu, sejumlah orang berkulit putih dengan pakaian seragam baju kaos bertuliskan 'Phoenix International Worldwide' turun dari atas pesawat itu.
Mereka kemudian menurunkan satu per satu dari sembilan paket alat yang bernama Towed Pinker Locator (TPL) seberat 6,9 ton, lalu diangkut dengan sebuah mobil khusus menuju Lanud Hasanuddin Makassar.
Itulah alat yang dipesan secara khusus oleh pemimpin kapal peneliti oceanologi Amerika Serikat, US Naval Ship Mary Sears, untuk membantu pencarian bangkai pesawat Boeing 737-400 nomor penerbangan KI-574 milik Adam Air yang diperkirakan jatuh ke dasar laut di perairan Selat Makassar sekitar wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Kapal berteknologi canggih yang diawaki 33 orang personil Angkatan Laut negara adidaya tersebut bergabung dengan tim SAR Gabungan pada 9 Januari 2007 untuk mendeteksi temuan logam di daerah laut yang tertangkap sonar KRI Fatahillah di perairan Mamuju.
Saat baru tiba, USNS Mary Sears ini diperlengkapi dengan berbagai alat canggih yang mampu mendeteksi lempengan-lempengan logam yang tertangkap sonar KRI Fatahillah milik TNI AL di perairan Mamuju.
Alat tersebut berupa Control Integrated Survey System (CISS) dan Ocean Data Equipment Operation yang terdiri atas dua multibeam ecosound yang dapat mendeteksi lempengan logam di dasar laut berdasarkan pantulan suara serta Acquisted Dopper Current yang berfungsi mengukur arah dan kecepatan arah arus air di bawah laut dan Conduct Activity and Depth yang bertugas mengukur kecepatan suara, temperatur dan tekanan dalam laut.
Namun setelah bekerja selama satu pekan, berbagai peralatan di atas kapal warna putih dengan panjang 329 kaki (hampir 100 meter) dan berbobot 4.700 ton itu gagal mengenali lempengan-lempegan logam dimaksud.
Pasalnya, daya tangkap sinyal alat ini hanya mampu mendeteksi Underwater Locator Beacon (ULB) yang melengket pada black-box pesawat dengan freqwensi sekitar 33 kilohertz sementara ULB yang melekat pada pesawat Adam Air itu freqwensinya mencapai 37,5 kilohertz.
Selain itu, kekuatan alat ini hanya mampu mendeteksi lempengan logam yang berada pada kedalaman 800 meter dari permukaan laut (dpl), sementara letak lempengan logam yang direkam sonar KRI Fatahillah itu diperkirakan berada pada kedalaman 1.700 meter dari permukaan laut.
Itulah sebabnya, kapal yang disebut-sebut sebagai kapal yang memiliki teknologi pemetaan bawah laut tercanggih di dunia itu kemudian memesan sebuah alat baru yang disebut Towed Pinker Locator (TPL).
Setelah dinaikkan ke USNS Mary Sears yang sandar di dermaga Soekarno-Hatta Makassar dalam pengawasan ekstra ketat aparat keamanan Indonesia, TPL itu kemudian dirakit oleh para awak, dan pada Jumat sekitar pukul 10.00 Wita, kapal Mary Sears itu kemudian kembali berlayar menuju perairan Majene, Sulawesi Barat untuk melanjutkan pencarian.
TPL diyakini mampu menangkap sonar berdasarkan pantulan suara hingga mencapai 50 kilohertz dan merekam gambar yang terdapat di dasar laut hingga kedalaman 6.000 meter.
Alat ini khusus didatangkan langsung dari Amerika Serikat setelah perlengkapan yang dibawa USNS Mary Sears tidak mampu mengidentifikasi lempengan logam yang berhasil ditangkap sonar (sound, navigation and ranging) KRI Fatahillah dan KRI Nala pada titik koordinat 02.35.18 LS dan 118.48.36 BT, koordinat 02.36.12 LS dan 118.46.42 BT serta pada koordinat 02.31.30 LS dan 118.33.40 BT di wilayah Perairan Mamuju serta koordinat 03.40.24,5 LS dan 113.10.58,2 BT di Perairan Majene.
"Mudah-mudahan alat ini bisa menemukan segera bodi pesawat dan kotak hitam pesawat Adam Air yang hilang sejak 1 januari 2007," ujar Koordinator SAR Gabungan (SAR Mission Coordinator/SMC), Marsekal Pertama Eddy Suyanto.
Peralatan canggih dari Amerika Serikat ini memiliki kemampuanmenangkap sinyal Underwater Locator Beacon (ULB) yang melekat pada kotak hitam pesawat mulai dari 0-50 kilohertz dan diperlengkapi dengan alat perekam/kamera bawah laut yang mampu memberikan gambar serta melihat benda yang berada dalam dasar laut hingga kedalaman 6.000 meter.
Eddy yang juga Komandan Pangkalan TNI AU Hasanuddin menuturkan, alat deteksi AS yang berfungsi menangkap sinyal frekuensi ULB pesawat akan diturunkan ke dasar laut tempat di mana lempengan logam yang ditangkap sonar KRI itu dengan menggunakan kabel Towed Pinker Locator (TPL) dalam frekuensi aktif dan pasif.
Bila TPL berhasil menangkap sinyal yang dipancarkan UBL kotak hitam pesawat, maka satelit yang berada di atas kapal akan menunjukkan letak koordinat sinyal tersebut. TPL ini juga akan merekam gambar lempengan logam yang dapat dilihat langsung dari layar monitor yang berada di atas kapal.
Belum menjamin

Kendati demikian, Eddy maupun Kepala Basarnas, Bambang Karnoyudho, belum bisa memberikan jaminan apa-apa bahwa peralatan canggih milik AS ini akan mampu menguak misteri hilangnya pesawat Adam Air yang mengangkut sekitar 102 penumpang termasuk awaknya.
"Alat ini masih terkendala dalam menemukan bodi dan kotak hitam pesawat bila badan pesawat tersebut ternyata masuk ke dalam lumpur di bawah laut," kata Eddy, seraya meminta dukungan serta doa masyarakat agar pesawat jenis Boeing 737-400 ini bisa segera ditemukan bersama dengan seluruh penumpangnya.
Alat ini juga masih bisa mendeteksi benda yang terbenam hingga 30 meter di dalam lumpur karena peralatan tersebut dilengkapi dengan Sub Button Profilling untuk mendeteksi ketebalan lumpur serta Acquited Dopper Current yang berfungsi untuk mengukur kecepatan dan arah arus air.
"Saya tidak tahu apakah masih ada alat lain yang akan didatangkan bila kelak TPL dan komponennya ini masih belum juga mampu menguak keberadaan pesawat yang telah tiga pekan dicari itu," kata Eddy.
Sementara itu, sejumlah serpihan pesawat Adam Air nomor penerbangan KI 574 dengan rute Surabaya-Menado ini juga belum mampu menjadi petunjuk dalam menjawab teka-teki raibnya salah satu aset PT Sky Connection Adam Air ini.
Bahkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun belum bisa menganalisis penyebab insisden pesawat ini berdasarkan dari hasil investigas yang dilakukannya terhadap ratusan serpihan yang ditemukan tim SAR Gabungan di laut.
Salah seroang investigator senior dari KNKT, Joseph Tumenggung mengatakan bahwa hingga saat ini, pihaknya belum bisa mengambil kesimpulan sementara mengenai insiden pesawat tersebut meski telah ditemukan ratusan serpihan.
Dari ratusan serpihan itu, KNKT hanya mengandalkan elevator bagian belakang dan spoiler sayap pesawat yang telah ditemukan untuk dianalisis secara cermat namun bukti-bukti itu belum juga menjawab teka-teki jatuhnya pesawat Adam Air.
Bahkan dalam kasus ini, KNKT telah meminta bantuan Singapura melalui Aircraft Accident Investigation Bureau of Singapore (AAIB) untuk bersama-sama menguak misteri pesawat Adam Air yang diperkirakan jatuh di sekitar perairan wilayah Sulawesi Selatan dan Barat.
"Kita bisa melakukan rekonstruksi bila dari serpihan-serpihan yang ditemukan itu mencapai sekitar 90 persen," katanya. (T.K-RS*MKS1)
(T.R007/B/K002/K002) 19-01-2007 20:12:52

Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA