Wednesday, January 31, 2007

PROFIL - MARSMA EDDY SUYANTO MASIH MENANTI MUJIZAT

D0310107001953 31-01-2007 SPK UJP
PROFIL - MARSMA EDDY SUYANTO MASIH MENANTI MUJIZAT


Oleh Rahma Saiyed

Amanah yang diembannya sebagai Koordinator Misi SAR (SAR Mission Coordinator) Pencarian Pesawat Adam Air bukanlah pekerjaan mudah bagi Eddy Suyanto.
Sehari setelah pesawat Boeing 737-400 milik maskapai Adam Air ini "loose contact" dengan menara kontrol (Air Traffic Control-ATC) Bandara Hasanuddin Senin petang, 1 Januari 2007, Eddy yang juga memangku jabatan Komandan Pangkalan TNI-AU Hasanuddin Makassar ini langsung menggelar rapat koordinasi dengan seluruh unsur terkait untuk mencari pesawat nahas itu.
Petunjuk yang digunakan untuk memulai pencarian adalah sinyal Elba (Emergency Locator Beacon) yang dipancarkan pesawat itu dan ditangkap radar SAR Singapura dan Pangkalan Udara TNI AU Hasanudin Makasar.
Sinyal Elba pertama berada pada posisi 3.135.25,7 Lintang Selatan dan 0.119.917 Bujur Timur atau diperkirakan berada di atas Kota Rantepao, Kabupaten Tana Toraja, sekitar 350 kilometer Utara Makassar, ibukota Sulawesi Selatan. Elba kedua berada pada 100 nautical mile - radial 330 derajat di Majene, Sulawesi Barat.
Saat mendapat laporan sinyal Elba di Kecamatan Nuangan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Eddy pun tak tinggal diam.
Tim SAR Gabungan yang dimotori TNI AU mengirim pesawat pengintai jenis Boeing 737 AI-7303 yang dikemudikan Letkol Penerbang Pujianto dengan mengangkut 14 kru untuk mendeteksi signal itu.
Pesawat pengintai tersebut langsung melakukan pengintaian di beberapa titik dugaan jatuhnya pesawat Adam Air di wilayah itu tetapi hasilnya nihil.
Berbagai upaya untuk melacak bekeradaan pesawat dengan 102 penumpang dan awaknya itu terus dilakukan. Bantuan dari beberapa negara seperti Singapore Air Force, Amerika Serikat dan Kanada juga bergabung, bahkan termasuk melibatkan kekuatan supranatural.
Alumni Sekolah Penerbang TNI AU angkatan 25 ini pun mengajak beberapa paranormal untuk mendukung tim SAR, apalagi Wapres HM Jusuf Kalla saat berkunjung ke Posko Induk Pencarian Adam Air Lanud Hasanuddin tanggal 6 Januari 2007 juga meminta agar unsur supranatural tidak diabaikan.
Tim SAR pun mengajak empat anggota jamaah zikir naik pesawat Cassa 616 milik TNI-AL untuk mencari jejak Adam Air. Mereka berangkat dari Lanud Hasanuddin. Ikut dalam rombongan tersebut Marsma Eddy Suyanto, Dandim 1408 Letkol Inf Marga Taufik, dan Danyon Marinir, Mayor Jayus.
Keempat orang yang diikutkan itu berasal dari Lembaga Adat Sulsel sekaligus kelompok zikir Wannurtika Rahmatullah Al Basir An Nur Al Islam. Mereka adalah Andi Muis (ketua), Sulaiman Dg Tata (wakil ketua), Aswar, dan Rahman (anggota).
Dari Lanud Hasanuddin, rombongan itu menuju Uentira, Kecamatan Tavaili, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Wilayah itu dikunjungi berdasarkan keterangan Andi Muis yang mengaku mendapatkan bisikan saat berdoa bahwa pesawat tersebut jatuh di daerah Kebun Kopi, sekitar 50 km dari Palu, Sulawesi Tengah. Namun lagi-lagi, hasilnya nihil.
Eddy yang pernah menjadi instruktur penerbang di Lanud Adi Sucipto ini pun mengaku cemas karena pencarian pesawat Adam Air hingga beberapa hari belum juga membuahkan hasil.
Perwira Penerbang Wing Operasi 300 Kohanudnas tahun 1980 ini pun tiba-tiba mengambil kebijakan mendadak, menggelar zikir pada apel pagi hari.
Sekitar 200 warga Lanud Hasanuddin dan keluarga penumpang Adam Air dikumpulkan di hanggar Skuadron Teknik 044 selama 1,5 jam untuk menggelar zikir dan do'a bersama yang dipimpin Ustad Alimuddin.
Kegiatan ini turut dihadiri pula Ketua Basarnas Bambang Karnoyudho.
"Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya menemukan Adam Air. Kami sudah mengerahkan seluruh kekuatan dan teknologi, tapi hasilnya tetap nihil. Sembari berusaha, kami juga menyerahkan diri kepada Tuhan agar diberi kemudahan dalam tugas ini," jelas peraih Satya Lencana Dwidya Sistha ini.

Mulai lega

Perasaan yang senantiasa menghantui pun akhirnya bisa diatasi. Eddy cukup lega saat salah seorang nelayan, Bakrie menemukan serpihan pesawat berupa "elevator tail stabilizer" di Kabupaten Barru.
"Alhamdulillah saya merasa sedikit lega saat mengetahui bahwaelevator tersebut adalah milik maskapai Adam Air 737-400," jelas Komandan Wing Taruna AAU tahun 2000 seraya mengakui bahwa dirinya sempat tidak tidur semalaman saat mendapat kabar yang cukup menggembirakan itu.
Berawal dari temuan Bakrie inilah, penyisiran perairan selat Makassar antara Parepare sampai Majene dilakukan secara intensif. Sekitar 200 serpihan bagian-bagian pesawat itu yang dikemudikan Kapten Pilot Refri A Widodo itu ditemukan satu persatu.
"Sound navigation and ranging" (sonar) di atas KRI Fatahillah, KRI Nala dan KRI Pulo Rupat dan USNS Mary Sears dari Amerika Serikat juga berhasil mendeteksi adanya lempengan logam di dasar laut perairan Majene yang tersebar pada areal 8 x 14 mil dengan kedalaman antara 1.200 sampai 2000 meter.
Dengan dibantu peralatan "Towed Pinger Locator" (TPL) milik Amerika Serikat, ditemukanlah kotak hitam pesawat pada dua titik koordinat yang berbeda. "Cockpit Voice Recorder" (CVR) pada koordinat 03.40.22 LS - 118.09.16 BT dengan kedalaman 1900 meter, sedangkan "Flight Data Recorder" (FDR) pada koordinat 03.41.02 LS - 118.08.53 BT dengan kedalaman 2000 meter.
Dengan menggunakan peralatan side scan sonar, ditemukan pula banyak lempengan logam yang diduga serpihan badan pesawat Adam Air pada koordinat 03.40.12 LS - 118.04.12 BT, 03.40.30 LS dan 118.09.30 BT, 03.41.06 LS - 118.09.06 BT dan 03.40.42 LS - 118.08.42 BT.
Logam terbesar yang berhasil terdeteksi dengan ukuran 2,23 meter x 1,05 meter x 0,55 meter pada kedalaman 1.976 meter. Berdasarkan hasil temuan-temuan tersebut, Eddy pun menyatakan bahwa bahwa lokasi jatuhnya pesawat Adam Air ini telah ditemukan.
Seiring dengan hal tersebut, proses pencarian dihentikan untuk kemudian memasuki tahap atau fase kedua yang disebut fase "recovery", dimana tim SAR yang diwakili Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencari teknologi untuk mengangkat kotak hitam dan badan pesawat itu.
KNKT kini sedang melobi sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Prancis dan Jepang untuk mencari teknologi untuk mengangkat badan pesawat dari dasar laut dengan kedalaman 2000 meter.
"Alhamdulillah, saya sudah bisa tersenyum karena lokasi jatuhnya pesawat Adam Air telah ditemukan," jelas Eddy yang kini tengah menanti kelahiran cucu pertamanya.
Kendati demikian, tugas bos Lanud Hasanuddin yang dikenal "low-profile" ini belumlah berakhir, karena ia masih dibebani tugas dan tanggungjawab untuk mengangkat badan pesawat itu bila teknologinya sudah ditemukan.
Ia masih berharap adanya mujizat agar proses SAR ini bisa tuntas sampai evakuasi badan pesawat dan kotak hitam, seperti diharapkan semua pihak, utamanya para keluarga korban.
Evakuasi ini juga amat penting untuk mengungkap misteri dibalik jatuhnya pesawat tersebut, karena hanya FDR dan CVR itulah yang dapat menyingkap peristiwa yang terjadi di atas pesawat itu.
"Kita berharap semoga Tuhan bisa menunjukkan kekuasaan dan kekuatan-Nya sehingga tim SAR Gabungan bisa menemukan jasad manusia. Saya hanya menunggu mujizat saja," ujarnya dengan mengakui bahwa untuk mengangkat benda-benda penting itu dari dasar laut amatlah sulit, kalau tidak bisa dikatakan mustahil.
Meski kini Eddy sudah mulai bisa tidur lelap, namun ayah dua orang putera dan puteri ini mengaku belum bisa memastikan kapan misi kemanusiaan yang telah diembanya selama 30 hari pertama tahun 2007 ini akan berakhir. (T.K-RS/MKS1/b/T010) (T.K-RS/B/R007/B/T010)
31-01-2007 13:31:07

Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA