Friday, March 23, 2007

SITI SANG PENCARI PENDERITA TUBERCOLOSIS

2300101 3/23/2007 09:32:10
SOSOK


SITI SANG PENCARI PENDERITA TUBERCOLOSIS

Makassar, 23/3 (ANTARA) - Memberi penyuluhan, membujuk dan mendampingi para penderita Tuberclosis untuk berobat ke Puskemas adalah pekerjaan yang dilakoni Siti Manuaji (42) saban hari.
Meski menyadari bahwa pekerjaan itu penuh resiko ketularan penyakit berbahaya ini, ibu empat anak ini mengaku tidak mengeluh apalagi takut terinveksi mycobactirum tubeclosis, bakteri penyebab penyakit TBC itu.
Padahal, dari aktivitas yang dijalaninya itu, ia hanya mendapat Rp5.000 perbulan. Nilai yang amat sangat tidak sebanding dengan resiko yang dialaminya jika kelak tertular.
"Saya tidak takut tertular TBC. Semuanya saya serahkan sama Tuhan saja. Kasihan kalau ada orang yang batuk-batuk apalagi sampai mengeluarkan darah, masa kita tidak tolong," kata Siti dengan logat khas Makassar.
Ia mengaku sangat sedih bila melihat orang batuk-batuk hingga mengeluarkan darah, apalagi mereka yang berumur senja.
Itu sebabnya, ia menekuni tugas ini tahun 2002. Sejak itu, sebanyak lima orang penderita Tubercolosis yang ditemukannya, kini telah sembuh berkat ketekunan dan kesabarannya mengajak mereka berobat ke Puskemas.
Menurut dia, tidak semua penderita mau diajak berobat ke Puskesmas, bahkan tidak jarang ia mendapatkan caci-maki bahkan dianggap tukang gosip dan gila urusan.
"Saya cuek saja dikatakan seperti itu karena toh nanti mereka akan sadar sendiri dan merasakan manfaatnya," kata warga Rappocini Makassar ini dengan tersenyum.
Meski penghasilan yang diterimanya terbilang sangat kecil, bahkan hampir-hampir tidak mencukupi kebutuhan keluarganya tetapi Siti merasa cukup senang menggeluti pekerjaan ini.
Sebab dari beberapa penyuluhan yang dilakukannya, ia bisa bertemu dengan banyak orang hingga orang-orang penting di Puskesmas.
"Ya... saya bisa ketemu dengan orang-orang penting dan punya banyak kenalan. Tapi sedihnya itu kalau dicaci maki sama orang," kenang Siti seraya berharap agar pemerintah dapat memperhatikan masa depan anak-anaknya.
Tiga anaknya yang telah lulus SMU hingga saat ini belum mendapatkan pekerjaan, padahal Siti berharap ketiga anaknya itu menjadi tulang punggung untuk membiayai sekolah adiknya dan kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.
Sementara suami Siti, Udu' Daeng Lalang adalah buruh bangunan yang biasanya hanya mendapatkan upah Rp100 ribu hingga Rp250 ribu per bulan.
Siti yang jebolan SMP itu merupakan salah satu dari enam orang kader penyuluh Tb di kota Makassar.
"Saya dapat pengetahuan ini dari beberapa brosur soal Tb yang dibagikan Puskesmas-puskemas," katanya dan manambahkan bahwa pada akhirnya tidak sedikit orang datang kepadanya meminta bantuan sekedar diantar berobat ke Puskemas.
Siti mengakui, penyakit menular TBC ini sangat berbahaya. Setiap tahun, sebanyak dua juta penderita di Indonesia yang meninggal dunia akibat tertular kuman mycobacterium tuberclosis ini.
(T.K-RS/MKS1)
(T.R007/B/T010/T010) 23-03-2007 09:27:56
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA