Tuesday, March 27, 2007

MEMBANJIRNYA BERAS IMPOR KALA PETANI SULSEL PANEN RAYA

2700420 3/27/2007 15:03:44
PUMPUNAN


MEMBANJIRNYA BERAS IMPOR KALA PETANI SULSEL PANEN RAYA

Oleh Rahma Saiyed
Makassar, 27/3 (ANTARA) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono awal pekan lalu berkunjung ke Kabupaten Sidrap, Bone, dan Wajo untuk mengawali panen raya padi di kantong-kantong utama produksi pangan di Provinsi Sulawesi Selatan.
Namun, bersamaan dengan panen raya yang dilakukan secara simbolis oleh Mentan dan Gubernur Sulsel HM Amin Syam, ribuan ton beras impor sedang dan akan dibongkar di pelabuhan Parepare, hanya sekira 60 km dari Sidrap.
Panen raya itu diharapkan dapat mencapai surplus lebih dari satu juta ton beras, sehingga program pengadaan pangan yang ditetapkan Bulog di Sulsel sebanyak 240.000 ton tahun ini bisa tercapai.
Tapi, masuknya beras impor di saat panen raya kali itu kini menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan petani.
Sebanyak 66.000 ton beras impor telah dan sedang masuk ke Gudang Bulog Lapadde, Parepare, Sulsel secara bertahap untuk didistribusikan ke Kawasan Timur Indonesia seperti Papua, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.
Padahal, pemerintahtengah mengenjot upaya peningkatan produksi beras melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
P2BN itu mempunyai sejumlah aktivitas pokok seperti perbaikan sarana irigasi, pemberantasan hama dan pemberian benih unggul secara gratis kepada petani yang diproyeksi dapat ditanam pada areal seluas 1,6 juta hektare.
Bila setiap hektare dapat menghasilkan rata-rata lima ton gabah kering giling (GKG), maka benih gratis itu dapat menghasilkan delapan juta ton GKG.
Dengan upaya-upaya tersebut, Mentan optimis target produksi padi tahun 2007 sebesar 53 juta ton lebih akan tercapai.
"Di mana-mana sekarang kita lagi panen raya apalagi saat ini jumlah gagal panen sangat sedikit," kata Anton di Sidrap.
Kendati demikian, pemerintah tetap mengimpor beras dengan alasan untuk mengamankan stok pangan pemerintah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian penting seperti bencana alam, bantuan untuk rakyat miskin, serta operasi pasar untuk mengendalikan harga beras yang cenderung naik.
"Impor beras ini bukan untuk menekan petani. Apa yang anda akan lakukan bila masyarakat menjerit karena membeli beras dengan harga tinggi?" ujar Anton.
Menurutnya, impor beras yang ditetapkan pemerintah ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang saat ini kesulitan mendapatkan beras dengan harga murah.

Surplus
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sulsel Lutfi Halide mengatakan bahwa Sulsel setiap tahun mencatat surplus sekitar 1,13 juta ton.
Tahun 2006 misalnya, daerah ini memproduksi 3.314.157 ton GKG atau 2.025.281 ton beras, sedangkan kebutuhan konsumsi untuk 7,6 juta jiwa penduduk Sulsel hanya 897.984 ton.
Untuk musim tanam periode Oktober 2006 sampai Maret 2007 ini, Sulsel menargetkan penanaman padi seluas 414.000 hektare dan hingga Maret 2007 target tanam ini sudah dapat terealisasi sekira 368.000 hektare.
Menurut Luthfi, memasuki Januari hingga Maret 2007, sekira 114.532 ha sudah melakukan panen di Kabupaten Sidrap, Wajo, Bone serta beberapa daerah lainnya.
Ia menyatakam yakin bahwa sepanjang tahun ini Sulsel tidak akan pernah putus dengan panen, sebab iklim di Sulsel terbagi atas dua sektor yang menjadikan panen padi di kawasan itu berjalan secar abegrilir, yakni sektor barat meliputi Kabupaten Jeneponto, Takalar, Gowa, Makassar, Maros, Pangkep, Barru, Parepare dan Selayar.
Sedangkan sektor timur meliputi Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Sidrap dan Pinrang dan daerah peralihan meliputi Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Kota Palopo, Tana Toraja dan Enrekang.
Kalau di sektor barat mengalami musim kemarau, maka sektor timur akan hujan, begitu sebaliknya sedangkan daerah peralihan relatif normal sepanjang tahun.
"Kondisi agroklimat sedemikian memungkinkan Sulsel untuk melakukan penanaman padi dan panen secara terus menerus sepanjang tahun," ujarnya.
Hal senada dikemukakan Gubernur Sulsel HM Amin Syam bahwa Sulsel tidak akan pernah sepi dari panen karena diuntungkan dengan dua musim, yakni musim Barat dan Timur.
"Kalau pantai barat hujan, tentu bagian pantai timur mengalami kekeringan demikian pula sebaliknya, Sebab itu Sulsel tidak pernah putus panen," jelasnya.
Itu sebabnya, sejumlah kalangan mulai dari unsur aktivis LSM dan kalangan mahasiswa ramai-ramai melakukan aksi unjuk rasa menolak kehadiran beras impor di daerah tersebut.
Sejumlah pendemo menganggap bahwa masuknya beras impor tersebut justru akan merugikan para petani dan secara tidak langsung mengajarkan masyarakat untuk tidak mengkonsumsi produksi lokal.
Mereka menyatakan khawatir, harga beras langsung jatuh begitu panen raya akibat dibarengi masuknya beras impor.
Akibatnya, petani sangat dirugikan. Apalagi, sampai saat ini, pemerintah belum menetapkan Harga Pokok Pembelian (HPP)yang akan menjadi pedoman Bulog membeli beras petani.
Kalangan petani di Sidrap mendesak pemerintah melalui Mentan untuk segera menetapkan HPP beras serta mengingatkan agar beras impor yang kini sedang mengalir ke Sulsel tidak didistribusikan ke Sulsel.
Desakan itu dikemukakan sehubungan dengan pernyataan Kepala Bulog Divisi Regional Sulsel Abdul Karim yang menyebutkan bahwa stok beras yang dikuasai Bulog Sulsel saat ini cukup kritis, yaitu tinggal sekitar 20.000 ton, sementara operasi pasar beras masih terus berlangsung.
Alasan itu yang dipakai Bulog Sulsel untuk mengambil ancang-ancang menggunakan beras impor asal Vietnam itu untuk kegiatan operasi pasar guna menstabilkan harga beras yang kini masih cukup tinggi.
(T.R007/B/s018/s018) 27-03-2007 14:59:30
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA