Monday, April 16, 2007

KEMATIAN AKIBAT HIV/AIDS DI SULSEL TINGGI

1600521 4/16/2007 15:39:03
PUMPUNAN


KEMATIAN AKIBAT HIV/AIDS DI SULSEL TINGGI

Oleh Rahma Saiyed

Makassar, 16/4 (ANTARA) - Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar mencatat, selama 2007 ini, mereka telah merawat sebanyak 325 orang penderita HIV/AIDS.
16 orang di antaranya meninggal dunia dan saat masih terdapat 13 penderita yang menjalani perawatan intensif sedang lainnya perawatan jalan, namun kondisinya cukup memprihatinkan.
Koordinator Volunteer Counseling Testing (VCT) RS Wahidin Makassar, Mahmud mengungkapkan, pada 2006 dari 169 penderita HIV/AIDS yang dirawat di rumah sakit rujukan regional itu, 83 diantaranya meninggal dunia.
Dari data KPA Sulawesi Selatan 1994-2006, menyebutkan, penderita HIV/AIDS secara keseluruhan di provinsi berpenduduk sekitar 7,5 juta jiwa ini mencapai sekitar 1.232 orang yang terdiri atas penderita HIV sebanyak 919 orang dan AIDS 313 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.109 penderita HIV/AIDS ditemukan di Kota Makassar, Wajo (15), Maros (14), Takalar (13), Tator (11), Pangkep (6), Barru (5), Selayar (4), Bone (4) dan di Parepare terdeteksi tiga penderita HIV/AIDS.
Sedangkan jumlah penderita di Soppeng, Bantaeng, Pinrang dan Gowa sebanyak 15 orang serta 20 penderita lainnya terdeteksi di Palopo, Lutra, Lutim, Luwu, Enrekang, Sinjai, Bulukumba dan Jeneponto.
Dari jumlah tersebut, ditaksir sudah ratusan penderita yang meninggal dunia namun tidak terdata.
Tingginya kematian akibat penyakit yang menular akibat hubungan seksual dan jarum suntik para konsumen narkoba ini, disebabkan tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS masih sangat rendah.
Hal ini, kata Mahmud, dapat dilihat dari tingkat kesadaran masyarakat memeriksakan kesehatannya, khususnya mereka yang potensial terinfeksi virus HIV, sehingga tidak ada upaya pencegahan yang efektif dan intensif untuk mengatasi masalah ini.
"Masyarakat seyogianya memeriksakan secara rutin kondisi kesehatannya untuk mendeteksi lebih awal kemungkinan terjadinya penularan HIV ke diri mereka," ujarnya dan menambahkan RS Wahidin menyediakan layanan pemeriksaan itu dengan biaya yang sangat murah.
Kasubdin Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sulsel, dr Muchlis Mangunluang mengakui, peningkatan angka penderita HIV/AIDS dalam kurun waktu 10 tahun ini sangat memprihatinkan. Pasalnya, jumlah penderita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Dia memberi contoh, pada 1996 jumlah penderita HIV/AIDS hanya sekitar empat orang, namun kemudian bertambah menjadi sekitar 1000 orang pada tahun 2006.
"Bila tidak segera dicegah, jumlah penderita HIV/AIDS diprediksi akan mencapai satu juta orang pada 10 tahun ke depan," ujarnya.
Jumlah penderita HIV/AIDS yang cenderung mengalami peningkatan itu kebanyakan melanda kelompok usia produktif yakni antara 15 hingga 25 tahun. Mereka umumnya adalah pekerja seks komersial, pengguna narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) dan tenaga kerja Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri.
Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang ditulari oleh suaminya yang suka "jajan seks" di luar, bahkan beberapa orang bayi yang terinfeksi penyakit ini dari ibunya.
Muchlis mengatakan, pada 2005 pihaknya menemukan tiga kasus HIV dan satu kasus AIDS yang positif diderita oleh bayi, sedangkan tahun 2006, ditemukan lagi dua orang bayi yang positif HIV.
Penularan HIV/AIDS ini bervariasi, ada yang melalui jarum suntik, hubungan kelamin dan lain-lain. Pada 2006 ini, penyebab terbesar penularan penyakit mematikan ini menimpa para pengonsumsi narkoba (penderita IDU's atau pengguna jarum suntik).
Data Dinas Kesehatan Sulsel pada tahun 2006 menyebutkan, penularan HIV AIDS lewat jarum suntik mencapai 521 kasus sementara penularan melalui hubungan heteroseksual 190 kasus, homoseksual 65 kasus, donor darah 210 kasus, transmisi pranatal tujuh kasus dan empat kasus yang tidak jelas.

Penanggulan HIV/AIDS
Sementara itu, Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sulsel, H Syahrul Yasin Limpo mengakui, tingginya penderita HIV/AIDS ini menjadi peringatan untuk senantiasa menghindari kedua penyebab utama penyebaran penyakit tersebut.
Syahrul yang juga Wakil Gubernur Sulsel ini, lebih lanjut mengatakan, bila seseorang telah terjangkit penyakit ini, peluang untuk sembuh sangat kecil.
Sebab itu, dia meminta kepada masyarakat untuk tetap menjalani hidup dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Karena hanya dengan banyak mengingat Allah, kita tentu akan selalu dimampukan untuk menjauhkan diri dari hal-hal negatif, khususnya mengonsumsi narkoba dan berhubungan seks secara bebas," ujarnya.
Menurut Syahrul, pihaknya telah membuat tujuh program penanggulangan masalah HIV/AIDS ini seperti upaya pencegahan melalui penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan dengan bekerjasama pihak rumah sakit dan LSM.
Selain itu, KPA Sulsel juga melakukan perawatan dan pengobatan dimana ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bisa mendapatkan antiretro virus (ARV) secara gratis serta melakukan surveilans HIV/AIDS, koordinasi multipihak dan berusaha menciptakan lingkungan kondusif serta menjaga kesinambungan penanggulangan penyakit HIV/AIDS.
Di sisi lain, KPA juga membentuk lima kelompok kerja agar kinerjanya lebih maksimal.
Pokja CST (care support treatment) mendukung pengobatan secara gratis. Pokja informasi HIV/AIDS di masing-masing tempat kerja. Pokja media KPA, setiap bulannya menginformasikan bagaimana kondisi penyebaran kasus HIV/AIDS dan kegiatan-kegiatan KPA.
Selanjutnya, pokja "harm reduction" yang tugasnya mengupayakan dampak buruk pengguna narkotika dan zat adiktif suntik. Ini juga ada di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan. Pokja edukasi yang saat ini lagi di gagas di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
"Jika penularan HIV/AIDS tidak dapat ditekan, diperkirakan jumlah angkatan kerja akan berkurang dan pada akhirnya berimplikasi pada angka produktivitas manusia juga berkurang yang akan mempengaruhi indeks kualitas manusia Indonesia serta berpengaruh secara langsung dengan kondisi sosial ekonomi," ujarnya.
(K.RS/MKS1/B/T010)
(T.R007/B/T010/T010) 16-04-2007 15:38:11
NNNN

Back


Database Acuan Dan Perpustakaan LKBN ANTARA